Kamis, 04 Agustus 2016

Kisah Kakek Waluyo: bangkit setelah setahun dimakamkan

Alim Eskatinah (64) mundur dan terperanjat saat bersemuka dengan suaminya Waluyo (62). Keduanya baru bertemu lagi, setelah lebih dari setahun terpisah.

Tak berlebihan bila Alim terperanjat. Pasalnya, Waluyo diketahui telah meninggal dunia pada Mei 2015. Keluarga, dan tetangga sudah menguburkannya. Alim ikut pula memandikan jenazah suaminya itu.

"Iki tenan opo ora to (benar atau tidak ya), saya mundur dulu, wong mati kok urip meneh (orang mati kok hidup lagi), saya kaget," kata Alim, melukiskan pertemuannya dengan Waluyo, seperti dikutip detikcom.

Saudara, tetangga, dan anak Waluyo pun terperanjat. Ada pula yang mengaku merinding saat mendengar suara Waluyo. Beberapa famili bahkan menatap kaki Waluyo, seolah hendak memastikan bahwa makhluk di hadapan mereka bukan hantu.

Meski bikin kaget orang-orang terdekatnya, Waluyo tetap diterima di rumah keluarganya, yang terletak di Kampung Suryoputran Panembahan, Kecamatan Kraton, Yogyakarta, DIY, Selasa (2/8/2016).

Dia memang belum mati. Waluyo pun menuturkan alasan dia hilang selama lebih dari setahun kepada media yang menemuinya.

Mula-mula, kakek yang sempat bekerja sebagai tukang becak itu ditimpa masalah. Becaknya diambil paksa sang majikan. Ia tak bisa membayar cicilan becak, sebesar Rp 40 ribu. Masalah itu bikin Waluyo enggan pulang ke rumah.

"Diminta menunda seminggu saja tidak mau, akhirnya becak saya diambil. Ya sudah saya bingung mau menggelandang saja. Tiga bulan saya tidur di kawasan Demangan. Di emperan toko," ungkap Waluyo, dilansir Kedaulatan Rakyat.

Tiga bulan menggelandang di seputaran Demangan, Yogyakarta, Waluyo merasa malu. Terutama bila kebetulan berpapasan dengan keluarga atau tetangga. Ia pun memutuskan beranjak dari Yogyakarta. Kakek satu cucu itu lantas berjalan kaki selama empat hari menuju Semarang.

Di ibu kota Jawa tengah itu, Waluyo sempat menggelandang selama tiga bulan. Baru 10 bulan terakhir, dia punya pekerjaan menjadi petugas parkir, dan menyapu jalan di wilayah Kanal Banjir, Semarang Barat. Dia mengaku takut pulang ke rumah, sungkan dengan anak-istri. Pun tak punya uang.

Setelah berbulan-bulan di Semarang, Waluyo memutuskan kembali ke Yogyakarta. Kebetulan, seorang kenalan --yang berprofesi sebagai manajer hotel di kawasan Dagen, Yogyakarta-- menawarkan untuk mengantarnya ke rumah.

Disangka telah berpulang

Lantas siapa orang yang setahun silam meninggal dan dimakamkan oleh keluarga beserta tetangga?

"Mungkin yang dulu itu (pria yang dikuburkan) gelandangan, tetapi wajahnya memang persis sekali," kata Anti, anak Waluyo, kepada Kompas.com.

Menurut Anti, bapaknya memang sering tidak kembali ke rumah selama berbulan-bulan. Namun pada Mei 2015, dia mendapat laporan soal pria korban tabrak lari di daerah Wonosari, Gunung Kidul, yang mirip dengan Waluyo. Laporan itu datang dari media sosial, Facebook.

Keluarga pun mengecek ke RS Nur Rohmah, Wonosari dan mendapati pria itu memang identik dengan Waluyo. Pria itu sekarat selama enam hari, keluarga Waluyo pun bergantian menjaganya. Malang, pria itu akhirnya wafat.

Keluarga dan tetangga mengurus jenazah pria itu. "Saat ibu memandikan juga melihat wajahnya memang mirip bapak," kata Anti.

Pria yang disangka Waluyo itu akhirnya dikuburkan di tanah kelahirannya di Suren Kulon, Canden, Jetisharjo, Bantul. Kematiannya juga tercatat dalam akta kematian.

Apa pun itu, Waluyo telah berkumpul lagi dengan keluarganya. Pun kuburan Waluyo, seperti dilaporkan detikcom, masih utuh. Tak ada tanda-tanda bahwa jenazah di dalamnya telah bangkit.

Tidak ada horor hantu dan sejenisnya dalam kisah Waluyo selama setahun. Dia hanya, "tidak punya daya untuk pulang, takut dengan anak istri, dan tak punya uang." https://beritagar.id/
Load disqus comments

0 komentar